Bantuan Hidup Dasar

Minggu, 24 April 2011


Tujuan dari bantuan hidup dasar sendiri, yaitu:

  • Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
  • Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Dalam melakukan RJP dibagi menjadi dua tahap:

a. Survei Primer ( Primary Survey)

Dapat/boleh dilakukan oleh setiap orang ( orang awam) yang sudah dilatih BHD

b. Survei Sekunder (Secondary survey)

Dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer (advance)

SURVEI PRIMER

Survei ini difokuskan pada bantuan nafas dan sirkulasi serta defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan pada survei primer ini dirumuskan dengan huruf abjad : A, B, C, dan D.

A airway (jalan nafas)

B breathing (bantuan nafas)

C circulation (bantuan sirkulasi)

D defibrillation (terapi listrik)

Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada pasien/korban, yaitu:

Memastikan keamanan lingkungan

Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.

Memastikan kesadaran pasien/korban

Dalam memastikan pasien/korban dapat dilakukan dengan menyentuh atau menggoyangkan bahu pasien/korban dengan lembut dan mantap, sambil memanggil namanya atau Pak!!!/Bu!!!!/ Mas!!!/Mbak!!!, dll.

Meminta pertolongan

Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon segera minta pertolongan dengan cara : berteriak ”tolong !!!!”beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel/sistem emergency yang ada (bel emergency di rumah sakit).

Memperbaiki posisi pasien/korban

Tindakan BHD yang efektif bila pasien/korban dalam posisi telentang, berada pada permukaaan yang rata/keras dan kering.Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup pasien/korban harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencegah cedera/komplikasi.

Mengatur posisi penolong

Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada ssat memberikan batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan.

A (AIRWAY) Jalan Nafas

Setelah melakukan tahap awal kemudian :

Pemeriksaan Jalan Nafas

Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan ada dapat dibersihkan dengan tehnik cross finger ( ibu jari diletakkan berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban).

Cara melakukan tehnik cross finger

a. Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong

b. Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban/pasien dan jari telinjuk pada gigi seri atas

c. Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut pasien/korban.

d. Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang menyumbat jalan nafas.

2. Membuka Jalan Nafas

Pada pasien/korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas.Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi ( Head tild Chin lift) dan manuver pendorongan mandibula ( Jaw thrush manuver).

Cara melakukan tehnik Head tilt chin lift

a. Letakkan tangan pada dahi pasien/korban

b. Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong.

c. Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang pasien/korban

d. Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien/korban secara bersamaan sampai kepala pasien/korban pada posisi ekstensi.

Cara melakukan tehnik jaw thrust manuver

a. Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi pasien/korban

b. Kedua tangan memegang sisi kepala pasien/korban

c. Penolong memegang kedua sisi rahang

d. Kedua tangan penolong menggerakkan rahang keposisi depan secara perlahan

e. Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap terbuka

B ( BREATHING) Bantuan Nafas

Terdiri dari 2 tahap :

1. Memastikan pasien/korban tidak bernafas

Dengan cara melihat pergerakan naik turunya dada, mendengar bunyi nafas dan merasakan hembusan nafas, dengan tehnik penolong mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung pasien/korban sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Dilakukan tidak lebih dari 10 detik

2. Memberikan bantuan nafas

Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke stoma( lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan volume 700 ml – 1000 ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang.Konsentrasi oksigen yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan respon pasien.

Cara memberikan bantuan pernafasan :

MuMulut ke mulut

Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung

Mulut ke hidung

Direkomendasikan bila bantuan dari mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban mengalami trismus atau luka berat.Penolong sebaiknya menutup mulut pasien/korban pada saat memberikan bantuan nafas.

Mulut ke stoma

Dilakukan pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami laringotomi.


C (CIRCULATION) bantuan sirkulasi

Terdiri dari 2 tahap :

1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban

Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selam 5 – 10 detik. Bila teraba penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.


Memberikan bantuan sirkulasi

Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau kompresi jantung luar dengan cara:

o 1) Tiga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum)

o 2) Dari tulang dada (sternum) diukur 2- 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.

o 3) Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lain.Hindari jari-jari menyentuh didnding dada pasien/korban.

o 4) Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan kedalaman penekanan 1,5 – 2 inchi ( 3,8 – 5 cm)

o 5) Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali kompresi.Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 50% duty cycle)

o 6) Tangan tidak boleh berubah posisi

o 7) Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolng.Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 4 siklu.

Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 – 80 mmHg dan diastolik yang sangat rendah.Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.


D (DEFIBRILATION) terapi listrik

Terapi dengan memberikan energi listrik Dilakukan pada pasien/korban yang penyebab henti jantung adalah gangguan irama jantung. Penyebab utama adalah ventrikel takikardi atau ventrikel fibrilasi.Pada penggunaan orang awam tersedia alat Automatic External Defibrilation (AED)

PENILAIAN ULANG

Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 : 2 Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi sisi mantap jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12 kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.

key : Bantuan hidup dasar,

other post : AIDS, batuk

0 komentar:

Posting Komentar